BINJAI-baru berduka akibat anaknya yang meninggal usai persalinan, pasangan suami isteri Susilo Warno (32) dan Dewi Mariani (26) kembali dapat cobaan. Pihak RSU Bidadari Binjai, menahan mayat bayi yang lahir prematur itu dengan alasan biaya administrasi belum dilunasi.
Sebelumnya, pasutri asal Jalan T Amir Hamzah, Gang Inpres Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Timur ini sangat girang menanti-nantikan kelahiran anak kedua mereka itu.
Baru di usia tujuh bulan kehamilan, Dewi Mariani merasakan sakit luar biasa. Ternyata bayi itu hendak keluar meski belum waktunya. Karena darurat, Ivo, bidan puskesmas di desa mereka dipanggil.
Oleh bidan itu, persalinan pun dilakukan di rumah mereka di Jalan T Amir Hamzah, Gang Inpres Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Timur dengan cara normal. Tapi bayi yang dilahirkan, kondisinya tak baik. Saat itu juga, Ivo merujuk untuk segera dirawat di RSU Bidadari, Binjai.
“Bayi aku memang lahir kurang umur. Pas mau melahirkan ditangani bidan puskesmas. Dia lalu menganjurkan kepada kami untuk membawanya ke RSU Bidadari Binjai,” ujar Susilo pada POSMETRO MEDAN mengawali perbincangan kemarin.
Kian hari, kondisi bayi prematur itu tambah tak karuan. Kesehatannya semakin menurun. Setelah lima hari dirawat, tepatnya kemarin (24/8), bayi tak berdosa itu meregang nyawa tepat pukul 10.00 WIB.
Sesaat setelah kematian sang bayi, Susilo lalu disodori daftar beban biaya yang diberikan selama lima perawatan. Totalnya Rp.1,8 juta. Terkejut dengan biaya yang cukup memberatkannya, Susilo meminta keringanan, namun tidak bisa.
Parahnya lagi, permintaannya untuk membawa jenazah bayi agar bisa segera dimakamkan, juga ditolak. Kata petugas medis di sana, jasad itu baru bisa dibawa pulang setelah seluruh biaya dilunasi.
Susilo lalu memberikan uang Rp.750 ribu yang diperolehnya dengan bersusah payah dari sanak keluarga. “Aku juga serahkan buku hitam (BPKB) sebagai jaminan, yang penting anakku bisa segera dimakamkan, tapi juga ditolak,” kata Susilo.
Susilo pun sempat bersitegang karena merasa pihak rumah sakit tak berperikemanusiaan. “Anakku sudah tewas sejak pukul 10 pagi, tapi harus tertahan karena kami tak ada biaya,” katanya sedih.
Masih ujar Susilo, dia sudah berulang kali memohon pada petugas rumah sakit dan meyakinkan Baca entri selengkapnya »